Harap Sudilah Follow

Sila Klick tanda sokongan kepada blog ini..




PENAJA UTAMA

November 30, 2010

AMIR SYUHADA

Untuk pertama kalinya dia tumpahkan airmata kesedihannya saat usianya belum genap sepuluh tahun. Saat itu, di depan matanya dia menyaksikan kedua orang tuanya dan ratusan ribu bangsanya dibantai dan diusir dari Deir Yasin. Itulah saat pertama dia mengenal langsung kekejaman Yahudi yang selama ini hanya didengarnya dari cerita ibunya, dan saat itu pula tergambar bayang-bayang penderitaan bangsanya Kemudian tangis kesedihan itu secara beruntun menerpanya, ketika Irgun membawa satu persatu orang-orang tercintanya tanpa pernah lagi kembali. Saat dia melepas suaminya pada perang Ramadhan (1973), saat itu Amir, putera mereka, baru saja melewati satu tahun usianya. Amir masih terlampau kecil untuk memahami, ketika suatu senja seseorang datang memberitahu tentang kesyahidan ayahnya.

Sudah terbayang masa depan hidupnya, seorang janda dan seorang bayi di tengah penindasan Yahudi. Saat itu tidak ada yang ingin dilakukannya kecuali menangis. Tapi tidak, dia tidak melakukan itu. Saat itulah dia memulai tekadnya untuk tidak ingin menambah kegembiraan orang-orang Yahudi dengan airmata kesedihannya. Lebih dari itu dia tidak ingin mengajari Amir menjadi pemuda yang lemah. Dan sejak saat itu pula, setiap kesedihan yang menerpa, digubahnya menjadi senandung-senandung jihad yang dia bisikkan ke telinga Amir, hingga memenuhi rongga dada anaknya. Dia masih mampu bertahan untuk tidak menangis saat pembantaian Taal el-Zatar ataupun Sabra Shatila yang menghabisi kerabatnya yang tersisa. Masih disisakan sedikit harapan dalam dirinya demi seorang Amir putera tercintanya. Dia tidak ingin menyia-nyiakan warisan paling berharga dari suaminya itu. Sekian tahun dia telah membendung tangis itu, tapi tidak untuk hari ini.
Kata-kata pemuda tampan dihadapannya telah mengikis kekukuhan benteng pertahanannya. Dicubanya untuk mengelak dan memujuk hatinya, bahawa yang didengarnya beberapa minit yang lalu hanyalah mimpi. Tapi susuk di depannnya teramat nyata untuk dia mengingkarinya. Amir Syuhada, pemuda tegap didepannya itu, satu-satu puteranya, kembali mengulang kata-katanya, "Bonda, izinkan anakanda pergi berjihad". Suara itu terdengar lembut dan penuh harap, seperti lima belas tahun yang lalu ketika Amir kecil meminta baju buat berhari raya. Tapi suara itu kini memendam sebuah tekad dan keberanian, dan dia tahu bahwa dia takkan mungkin sanggup menahan gelora itu. Wanita tua itu menarik nafas panjang menahan esak yang satu persatu saat keluar. Terasa masih terngiang di telinganya 23 tahun yang lalu, kalimat senada diucapkan suaminya. Dengan berat hati dilepasnya pemergian suaminya. Dia masih menyimpan sedikit harapan bahawa suaminya akan kembali, meskipun kenyataan yang terjadi tidaklah sesuai dengan apa yang diharapkannya. Tapi kali ini hatinya teramat berat, kerana dia tahu benar apa yang dimaksud dengan kata "Jihad" oleh Amir anaknya. Baru dua hari yang lalu Amir dengan bersemangat bercerita tentang kawan-kawannya yang syahid dalam aksi bom syahadah. Itu ertinya, dia harus menguburkan seluruh harapan akan kembalinya puteranya dengan selamat, bahkan sepotong tubuhnya sekalipun.

"Amir Syuhada" (pemimpin para syahid), perlahan diejanya nama puteranya. Nama yang diberikan oleh suaminya. Nama yang menyimpan sebuah cita-cita amat dalam. "Aku tidak berharap dia menjadi orang terkenal di dunia kerana memimpin sebuah angkatan perang, tapi aku ingin dia menjadi orang terkenal di akhirat kerana memimpin rombongan syuhada. Dia harus menjadi orang yang pertama menyambut setiap kali kesempatan jihad itu datang", begitulah harapan suaminya. Betapa cepat perjalanan hidup. Betapa cepat harapan-harapan berganti. Seminggu yang lalu, Amir dengan malu-malu mengungkap keinginannya untuk mengakhiri masa bujangnya dengan membina rumahtangga. Ya, Amir ingin menikah. Sudah terbayang seorang gadis cantik menjadi menantunya, bahkan sudah terbayang pula cucu-cucu yang akan meramaikan rumah buruknya ini. Namun kehendak ternyata berkata lain. Bukan perlengkapan nikah yang dibawa pulang puteranya hari ini. Tapi sepotong baju khusus dengan kabel-kabel di sana sini dan beberapa bungkusan aneh yang baru kemudian dia tahu berisi bom. Esaknya mulai terdengar saling memburu. Begitupun cairan bening di matanya dibiarkannya mengalir, tanpa usaha lagi untuk menahan. Amir pun terdiam mematung. Baru ketika ibunya mulai tenang, diraihnya tangan tua itu dan digenggamnya penuh perasaan sambil berucap, "Bonda, anakanda lakukan ini kerana anakanda ingin merealisasikan apa yang selama ini menjadi doa bonda terhadap anakanda."

Sekilas wanita tua itu terhenyak mendengar pertuturan anaknya, tapi dia tetap diam tak menyahut. Amir melanjutkan ucapannya, "Bukankah bonda yang setiap malam berdoa agar anakanda menjadi anak yang soleh? Inilah anakanda yang berusaha mewujudkan harapan bonda. Bukankah bonda selalu menasihati anakanda untuk sentiasa istiqamah memegang panji dakwah ini, dan sentiasa memenuhi hidup dengan jihad dan pengorbanan? Menegakkan kalimat tauhid, melindungi kaum yang lemah, membela kebenaran dan keadilan? Bukankah bonda selalu mengingatkan bahawa kemanisan iman hanya dapat dirasakan oleh orang yang menegakkannya dalam dirinya, bahawa bahagia hanya dapat dirasakan oleh orang yang berjuang membela kebenaran dan keadilan, bahawa kemenangan dan kejayaan hakiki hanya akan diberikan pada pejuang yang telah berkorban, kuat menahan penderitaan dan kepapaan, bahawa ketabahan dan kesabaran berjuang hanya akan diberikan pada mukmin yang mendekatkan dirinya kepada Allah? Bukankah bonda yang berulangkali mengatakan hal itu? Inilah anakanda Amir yang berusaha menjalankan nasihat Bonda."
Amir mencuba untuk tetap tersenyum, sambil tangannya menggenggam telapak tua ibunya. Dulu ketika masih kecil dia suka merengek dan menarik-narik tangan itu jika menginginkan sesuatu. "Tapi aku tidak berdoa agar kamu mati," perlahan ibunya bereaksi. Dan masih dengan tersenyum Amir berucap, "Bonda...," dengan gaya merajuk Amir menyebut ibunya dan melanjutkan ucapannya, "Siapa yang mahu mati? Bonda tentu masih ingat, bagaimana ketika anakanda masih berusia 7 tahun. Jika anakanda menangis, Bonda selalu menghibur dengan cerita tentang kepahlawanan ayah, tentang keberanian ayah dalam setiap medan tempur, tentang kisah kesyahidan ayah, dan bonda selalu mengakhirinya dengan membaca ayat, Janganlah kamu mengira bahawa mereka yang terbunuh di jalan Allah itu mati, namun sesungguhnya mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan mendapatkan rezeki.


Bonda, anakanda berjihad bukan untuk mati, tapi anakanda berjihad untuk syahid, untuk kehidupan yang lebih abadi." "Tapi tidak dengan bunuh diri," ibunya menukas. "Bunuh diri? Siapa yang mengatakan itu pada Bonda," terdengar nada bicara Amir meninggi, ketika sedar dengan siapa dia berbicara, kembali Amir melunakkan suaranya sambil mengulang pertanyaannya. "Siapa yang mengatakan itu pada Bonda?" tanpa menunggu jawapan, Amir melanjutkan, "Bonda.., Bonda tentu masih ingat ketika anakanda masih kecil, bonda yang selalu mengiring tidur anakanda dengan senandung jihad. Bonda yang menanam benih-benih keberanian itu dalam rongga dada anakanda, Bonda yang telah menyalakan api revolusi itu dalam jiwa anakanda. Kini hantarkanlah anakanda pergi ke medan jihad dengan senandung itu, izinkan anakanda membakar kesombongan Yahudi dengan api itu. Bonda, masih ingatkah Bonda akan senandung Khubaib bin Ady r.a. saat menjelang digantung orang-orang kafir Quraisy?

Sekiranya Allah menghendaki keberkahan dengan menghancurkanlumatkan tubuhku aku takkan peduli, asalkan aku mati sebagai muslim untuk Allah-lah kematianku pasti.
"Sungguh Bonda, jika tegaknya kalimat Allah di bumi ini harus dibayar dengan carikan- carikan tubuh anakanda, anakanda tidak akan pernah mundur. Bonda pula yang berkisah tentang kepahlawanan Ikramah dalam perang Yarmuk, ketika dia berseru, "Siapa yang sedia berjanji setia kepadaku untuk mati?" Kemudian 400 mujahidin serentak menyambutnya, dan mereka tidak mundur sejengkal pun sampai menemui kesyahidan. Inikah yang hendak bunda katakan bunuh diri...? Tidak Bonda, anakanda telah menjual diri ini pada Allah, biarkan anakanda menepati janji." Sejenak ruang itu hening. Esakan wanita tua itupun sudah lama reda, hanya genangan bening yang masih tersisa di sudut matanya. Meski tanpa harap, dicubanya untuk terakhir kali memujuk puteranya, seperti mengingatkan dia bertanya, "Bukankah beberapa waktu lalu kau telah berniat untuk menikah?" Masih dengan senyumnya, Amir menjawab, "Bonda, sekian lama anakanda belajar tentang erti sebuah cinta. Dan anakanda telah menemukan, bahawa cinta yang tertinggi hanyalah untuk Allah. Sekian lama anakanda memendam rindu untuk bertemu Allah, dan saat ini kesempatan itu telah datang. Sungguh Bonda, anakanda tidak ingin kehilangan kesempatan." Diucapkannnya kalimat terakhir dengan nada yang tegas.

Wanita tua itu kembali menarik nafas panjang. Ditatapnya pemuda tegap di hadapanya, seakan dia ingin memastikan bahawa pemuda di hadapannya itu benar-benar Amir anaknya. Dia sebenarnya sudah menyedari sejak lama, bahawa saat-saat seperti ini pasti akan terjadi. Dia pun tahu tak seharusnya mencegah maksud puteranya. Amir bukan lagi kanak kanak kecil yang boleh dipulas telinganya kalau nakal, atapun dipujuk dengan sepotong kuih agar tidak menangis. Amir kini telah membesar menjadi pemuda dewasa, bahkan mungkin terlalu dewasa untuk pemuda seusianya. Dia tahu bahwa kata-kata yang diucapkan Amir benar adanya. tapi dia merasa begitu berat untuk memujuk naluri keibuannya. Sejak Amir terlibat dengan berbagai aktivitas HAMAS, dia sebenarnya telah berusaha mencuba meyakinkan hatinya, bahawa Amir bukanlah miliknya.

Benar, ia telah melahirkannya, memberinya kasih sayang, tapi dia sama sekali tidak berhak mementingkan keinginannya. Benar dia telah menyerikan rumah bagi raganya, tapi tidak pada jiwanya, kerana jiwanya telah menjadi penghuni rumah masa depan yang kini sedang dirisaukannya. Amir telah menjadi milik zamannya, sejarahnya dan tentangannya.
Dia hanyalah sebatang busur, dan Amir adalah anak panah yang meluncur. Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian. Direntangkan-Nya busur itu dengan kekuasaan-Nya hingga anak panah itu meluncur jauh dan tepat. Meliuk dalam suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemahan. Sang Pemanah mengasihi anak panah yang meluncur laksana kilat, sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap. Dia seharusnya gembira, 24 tahun ini mendapatkan kesempatan menyertai perjalanan sejarah Amir. Dia seharunya bangga kerana benih yang dia tanam dengan senandung-senandungnya telah tumbuh subur, dan kini saatnya berbuah. Tidak, dia tidak boleh terbawa perasaannya. Dia tidak boleh menghalangi buah yang telah ranum untuk dipetik. Di tatapnya wajah pemuda di hadapannya, sungguh tampan dan bercahaya, persis wajah as-syahid suaminya. Sorot matanya tajam, menyimpan semangat yang bergelora. Sama sekali tak ditemukan keraguan di sana.

Perlahan tangan tuanya meraba wajah itu. Wanita tua itu mencuba untuk tersenyum, ya, dia harus ikhlas. Dengan suara bergetar dia berkata, "Pergilah anakku, jangan kau risaukan bonda. Simpan kesedihan dan derita bonda jauh disudut hatimu. Jangan kau pergi jika masih ada setitik dendam, bersihkan niatmu hanya untuk meraih redha Allah. Pacakkan tinggi-tinggi panji tauhid di bumi ini. Kalau memang hanya dengan carikkan tubuhmu ia akan tertegak, bonda merelakanmu. Pergilah anakku, dan jangan kau kembali kepada bonda selama nyawamu masih tersisa..." Diciumnya dahi putera satu-satunya itu. Wanita itu tak lagi menangis.
Dilepaskannya pemergian puteranya dengan senyum keikhlasan. Matahari senja menyapu lorong-lorong Tel Aviv. Tidak ada yang memperdulikan ketika seorang pemuda tegap berjalan menghamprii sebuah pos tentera Israel. Tanpa sebarang kata-kata, Boommm..!!, tubuh pemuda itupun meledak menghantar menemui Rabbnya. Berjajar para bidadari berebut kekasih yang baru tiba, seorang pemuda tampan dengan pakaian pengantin dari syurga tampak berbahagia.

Lepas Isya' di sebuah perkampungan di jalur Gaza, seorang lelaki berjalan mengendap-hendap, mengetuk pintu sebuah pondok dengan hati-hati sambil mengucap salam. Wajah seorang wanita tua muncul menjawab salamnya. Tanpa menunggu lelaki itu mendahului berbicara, "Amir Syuhada telah syahid petang tadi. Dan hanya ini yang tersisa dari jasadnya, yang dipesankannya menjelang berangkat." Berkata demikian lelaki itu sambil memberikan sebuah mushaf mungil di tangannya. Wanita tua mendakap mushaf itu didadanya, seperti ia mendakap Amir kecil sewaktu tidurnya. Dia tidak pernah merasakan kebahagiaan sebagaimana kebahagiaan yang dirasakannya hari ini. Seakan ada yang menuntun, dia berjalan menghampiri kamar puteranya. Dengan hati-hati dikuakkannya pintu kayu yang menghalanginya. Sungguh, dia mencium bau harum di kamar itu. Bau harum yang khas keharuman kamar pengantin.

Ibunda...,
Kau ucapkan selamat tinggal,
tatkala aku berangkat berjihad,
Dan kau katakan padaku,
Jadilah singa yang mengamuk meraung,
Kemudian aku berlalu,
mencatat segala pembataian dengan darahku,
Bonda jangan kau bersedih,
Kini belengguku berat Bonda,
Namun...kemahuanku tak terkalahkan,
Penjara dan siksaan mereka tak menakutkanku,
Aliran letrik tak kuasa menyengatku,
Bonda jangan bersedih,
Goncangku kanku jadikan pintu jahim,
yang meledak menghentam para musuh,
Betapapun kuatnya belenggu,
Dengan sabar dan tekad bulat kurantas belengguku,
Bonda jangan kau bersedih,
Bersabarlah Bonda,
Jika tiada lagi pertemuan,
Dan semakin panjang malam mencengkam,
maka esok kita kan hidup mulia,
Di atas negeri kita sendiri,
Bonda...jangan kau bersedih.

"Wahai, kaum muslimin! Lawan dan musuhmu berani menyerang dan menjajah kamu hanyalah kerana Allah meninggalkan kamu. Janganlah kamu mengira bahawa musuhmu telah meraih kemenangan atas kamu tetapi sesungguhnya Allah Yan Maha Pelindung dan Maha Penolong telah berpaling dari kamu. Demi Allah, musuh-musuhmu bukannya kuat, tetapi umat Islam yang lemah."
(Asy-Syahid Hasan al-Banna)

"Saya mengagumi seorang pemuda kerana keberanian dan kemahirannya dan saya mengagumi seorang pemudi kerana adab dan sifat malunya. Sebab, keberanian adalah pelengkap akhlak dan sifat utama pemuda, sedangkan malu adalah kecantikan pemudi yang paling utama."
(Mustafa Luthfi al-Manfaluthi)
»»  READMORE...

Gelombang Globalisasi Antara Dua Sisi

GLOBALISASI merupakan satu proses untuk meletakkan dunia di bawah satu unit yang sama tanpa dibatasi oleh sempadan dan kedudukan geografi sesebuah negara. Melalui proses ini, dunia akhirnya tidak lagi mempunyai sempadan dengan ruang udara dan langit sesebuah negara itu terbuka luas untuk dimasuki oleh pelbagai maklumat yang disalurkan menerusi pelbagai perantaraan media komunikasi seperti internet, media elektronik dan teknologi siber.

Perkembangan ini memungkinkan perhubungan di antara sesebuah negara dengan negara yang lain dan perhubungan sesama manusia dapat dilakukan dalam tempoh yang singkat.

Globalisasi juga dilihat sebagai suatu himpunan proses pengaliran global berbagai-bagai jenis objek yang melibatkan pelbagai bidang aktiviti manusia. Objek yang diglobalisasikan boleh jadi fizikal atau bukan fizikal. Boleh jadi ia dalam bentuk maklumat, idea, nilai, institusi, atau sistem. Himpunan proses pengaliran global ini dan bidang aktiviti manusia yang terlibat kian kait mengait, saling bergantung dan kompleks sifatnya (Prof. Emeritus Datuk Dr. Osman Bakar).

Secara harfiahnya, globalisasi bermaksud sejagat. Ini bermakna bahawa segala aspek kehidupan sama ada dari segi budaya, kesenian, ekonomi, sosial dan sebagainya kini tiada lagi batas sempadan antara satu bangsa, negara atau peradaban. Secara mudahnya, kini tiada lagi unsur pemisah yang ketara antara sesebuah kebudayaan, kesenian, strata sosial antara satu bangsa dengan satu bangsa atau satu negara dengan negara yang lain. Wujud pula satu kampung kesejagatan untuk seluruh dunia. Maka timbullah sikap saling mempengaruhi antara satu budaya dengan budaya yang lain. Pada era ini, penapisan menjadi sesuatu yang amat mustahil.

Menurut Kamus Dewan, globalisasi didefinisikan sebagai fenomena yang menjadikan dunia mengecil dari segi perhubungan manusia disebabkan kepantasan perkembangan teknologi maklumat. Manakala cendekiawan Barat mentakrifkan globalisasi sebagai satu proses kehidupan yang serba luas dan infiniti merangkumi segala aspek kehidupan seperti politik, sosial, dan ekonomi yang boleh dirasai oleh seluruh umat manusia di dunia ini. Ini bermakna segala-galanya menjadi milik bersama dalam konsep dunia tanpa sempadan.

Alvin Toffler menerusi bukunya “Third Wave” pula mentafsirkan fenomena globalisasi sebagai suatu gelombang ketiga:

“...Kita sedang berada pada abad di mana berlaku gelombang ketiga. Fenomena paling menonjol yang tengah terjadi pada kurun waktu ini adalah terjadinya proses globalisasi. Perubahan yang demikian menyebabkan terjadinya pula pergeseran kekuasaan dari pusat kekuasaan yang bersumber pada tanah, kemudian kepada kapital atau modal, selanjutnya (dalam gelombang ketiga) kepada penguasaan terhadap informasi (ilmu pengetahuan dan teknologi)…”

Globalisasi pada John Naisbitt menerusi bukunya “Global Paradox” pula melihat kepada sisi yang lebih positif. Menurutnya, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuatkan peranan kuasa dan ideologi mengalami fasa surut. Manakala menurutnya lagi, jika dilihat dari sudut ekonomi, semakin besar dan semakin terbuka ekonomi dunia, semakin perusahaan-perusahaan kecil dan sederhana akan mendominasi pasaran dunia.

Matlamat globalisasi menurut Ahmad Faraj antara lain adalah untuk menjadikan semua aktiviti hidup setiap bangsa di dunia seperti ekonomi, industri, pemikiran, budaya, keilmuan, ciptaan dan penghasilan industri, hak kemanusiaan, alat perhubungan, teknologi maklumat dan sebagainya itu bersifat global dan tidak lagi menjadi ciri kepada mana-mana bangsa atau sejarah mereka, baik yang bersifat agama, keturunan atau budaya.

Dalam era globalisasi ini, dunia semakin dikecilkan ruangnya daripada yang asal. Jika dahulu dunia ini seluas saujana mata memandang dan dipagari dengan sempadan-sempadan namun kini ia tidak berlaku lagi. Ledakan teknologi maklumat yang pesat merupakan medium utama kepada agenda globalisasi ini.

Dunia bukan sahaja tidak bersempadan geografi tetapi pengaruh globalisasi menjangkau sempadan ekonomi, teknologi, bahasa, budaya, ideologi, politik dan dari segenap aspek kehidupan sesebuah masyarakat. Antaranya adalah wujudnya kesedaran mengenai kekangan hidup terutamanya selepas Perang Dunia Kedua yang membawa malapetaka kepada manusia. Penubuhan Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) misalnya yang bertujuan memelihara kedaulatan dan membela nasib manusia terutama dalam pelbagai isu berkaitan dengan peperangan dan kedamaian, pembangunan dan kemunduran, demokrasi, hak asasi manusia, bencana alam dan sebagainya.


Globalisasi juga mencetus budaya sains dan teknologi maklumat dengan memperlihatkan perkembangan pesat media komunikasi yang menghapuskan jarak dan sempadan yang secara sedar atau tidak telah menularkan agenda pengecilan dunia yang berpunca daripada fenomena ‘world at your finger tip’ atau kesertamertaan media.

Perkembangan dalam bidang ekonomi juga memperlihatkan kepesatan yang mengujakan khususnya perkembangan Syarikat Multinasional Corporation (MNC) yang begitu ketara semenjak akhir 1970-an yang menyaksikan syarikat-syarikat kapitalis besar dunia yang diungguli Amerika Syarikat mengungguli pentas ekonomi dunia.

Dari pandangan politik, dimensi globalisasi telah mewujudkan keadaan penyah-wilayahan; suatu proses yang melintasi sempadan dunia yang dikenali menerusi perwatakannya yang membawa idea demokrasi dan hak asasi manusia yang dianggap sebagai prinsip sarwajagat yang diwajibkan kepada semua umat manusia menerima dan ‘menganutinya’.

Sementara itu, dari segi budaya pula terdapat penyebaran budaya pengguna dari Amerika Syarikat ke seluruh dunia yang disebut sebagai ‘McDonaldisation’ atau budaya McDonald. Fenomena globalisasi yang menyerap masuk telah menolak budaya asal dan mengembangluaskan budaya baru yang biasanya berasal dari budaya bawaan Barat. Perluasan pasaran ekonomi bebas turut sama memesatkan budaya konsumer seperti ini sehingga ia menjadi suatu keadaan normal yang diterima tanpa soal(Ab. Rahman Ismail, 2003).

Antara bentuk dan corak budaya ‘McDonaldisation’ (merujuk kepada golongan remaja khasnya) adalah seperti berikut (www.yadim.com.my):

a) Materialisme

Sikap dan sifat yang mementingkan kebendaan, cuba ditanam dalam diri terutamanya golongan remaja. Mereka cuba dimomokkan dengan cara berbelanja, corak kehidupan, memilih kerja dan membina impian mereka. Segala perjalanan hidup mereka penuhi dengan nilai kebendaan semata-mata. Hingga ia melahirkan falsafah, guna segala sumber alam yang ada dan jangan fikirkan apa yang perlu ditinggalkan kepada genarasi akan datang. Ini kerana segala apa yang kita miliki perlu kita habiskan hari ini juga. Ini juga menyebabkan lahirnya gaya hidup berbelanja segala pendapatan yang diperoleh, tanpa perlu memikirkan keadaan akan datang. Konsep berbelanja denga sederhana serta, menjadi pengguna yang bertanggungjawab tidak wujud di dalam nilai kehidupan materialisme.

b) Hedonistik

Budaya hedonistik merupakan budaya berhibur dan bergembira. Dan bersuka-suka serta menjalani kehidupan yang sebebasnya demi memenuhi nafsu manusia yang tiada batasnya. Ini terangkum dalam peribahasa Barat yang menyatakan “bergembiralah engkau pada hari ini, puaskanlah nafsumu hari ini, kerana esok engkau akan mati”. Budaya hedonistik di kalangan remaja kian mudah dilihat dewasa ini.

Contohnya, hiburan yang dipilih hari ini, sering melangkah batasan norma sosial masyarakat timur. Misalnya, lirik-lirik lagu yang sering didengar kini hanya berkisar kepada persoalan cinta, seks, dan kebebasan tanpa batasan. Secara langsung ia membina norma negatif kehidupan remaja seperti menidakkan batasan pergaulan antara lelaki dan wanita, berhibur hingga melanggar batasan budaya dan sebagainya.

c) Individualistik

Gaya hidup yang mementingkan diri mula menjalar di dalam perasaan, sanubari dan perlakuan remaja hari ini. Remaja hari ini dimomokkan dengan tema kehidupan menafikan keperluan untuk berkongsi kegembiraan, kehidupan, tenaga, ilmu dan kesihatan bersama orang lain. Mereka berpendapat mereka bebas untuk mencemarkan alam sekitar, kerana itu hak mereka. Mereka bebas untuk bersikap tidak sopan seperti pergaulan bebas kerana itu juga hak mereka. Dalam masa yang sama remaja kini tidak lagi mempunyai sikap untuk membantu orang yang lebih tua, membantu ayah ibu, menyelesaikan masalah sahabat dan semangat gotong-royong. Segala nilai murni dalam kehidupan remaja telah dipenuhi dengan gaya penting diri dalam kehidupan moden ini.

d) Westernisasi (pembaratan)

Arus westernisasi mula mengocak dan cuba meruntuhkan segala budaya murni yang dimiliki oleh masyarakat Timur. Arus ini cuba meruntuhkan keyakinan remaja terhadap budaya, bahasa, kepercayaan, gaya dan nilai hidup remaja. Ini jelas dapat dilihat daripada corak pemakaian remaja yang lebih selesa memakai tali leher, berbaju kemeja, berseluar jeans, berseluar pendek, berbaju ketat dan memakai anting-anting bagi lelaki. Mereka sudah tidak yakin untuk memakai baju kebangsaan milik mereka untuk majlis rasmi, malahan dalam kehidupan harian, mereka juga cuba mengelakkan pakaian yang melambangkan mereka. Dalam soalan pemakanan mereka lebih bangga memakan makanan barat seperti KFC, McDonald´s, Pizza Hut sebagai makanan yang melambangkan status mereka. Jika kita menoleh persoalan bahasa pula, remaja hari ini lebih selesa berbual dengan bahasa Inggeris berbanding dengan bahasa kebangsaan. Sewajarnya remaja harus menyedari segala proses westernisasi ini merupakan proses yang dirangka oleh Barat, demi untuk menjajah setiap ruang kehidupan remaja dewasa ini.

e) Nasionalisme Sempit

Kita saban hari telah diracun oleh semangat perkauman dan cinta kepada bangsa dan negara yang terlalu sempit. Semangat ini disuntik dan ditanam semenjak kita kecil lagi untuk taksub kepada bangsa sendiri dan negara sendiri. Ini menyebabkan kita melebih-kelebihkan bangsa sendiri dan dalam masa yang sama menafikan yang setiap manusia yang diciptakan Allah sama tanpa ada bezanya. Yang membezakan kedudukan sesama manusia hanya iman dan takwa. Kita diberi kefahaman salah iaitu segala yang dilakukan sewajarnya diniatkan untuk bangsa ataupun negara semata-mata. Perkara ini menyebabkan kita tidak mengambil peduli segala kemiskinan, penindasan, penjajahan, ketidak adilan, pengeksploitasian, dan pembunuhan manusia sama ada di peringkat serantau atau antarabangsa. Ini kerana segala kecintaan kita dicurahkan kepada batasan bangsa dan sempadan negara sehingga menafikan perasaan perikemanusian, keadilan dan keamanan yang melangkaui batasan bangsa dan sempada negara.

Chandra Muzaffar, aktivis hak asasi manusia dan Presiden International Movement for a Just World (JUST) telah menyenaraikan lapan kebaikan globalisasi. Lapan aspek positif itu adalah:

1. Peranan pelaburan asing (FDI) dalam mewujudkan pekerjaan dan mengurangkan kemiskinan di sebilangan negara;

2. Peningkatan mobiliti sosial dan pengukuhan kelas menengah;

3. Peluang yang lebih luas untuk mendapatkan maklumat dan menyebarkan ilmu pengetahuan berkat teknologi baru komunikasi dan maklumat;

4. Komunikasi yang lebuh mudah dan juga murah;

5. Peluang yang lebih luas untuk manusia dari berbagai-bagai kumpulan etnik, budaya dan agama berinteraksi,;

6. Peluang lebih luas untuk menzahirkan simpati dan rasa keperimanusiaan mereka terhadap mangsa-mangsa pelbagai jenis bencana alam dan tragedi buatan manusia di seluruh dunia;

7. Penonjolan idea-idea dan amalan pemerintahan yang baik seperti pertanggungjawaban awam, peraturan undang-undang dan hak-hak asasi manusia;

8. Penonjolan hak-hak asasi kaum wanita.

Walau bagaimanapun, beliau telah mengenalpasti 13 keburukan fenomena globalisasi ini kepada manusia jagat iaitu:

(i) Kualiti alam sekitar yang semakin merosot sebagai akibat terlalu mementingkan faktor keuntungan;

(ii) Pembangunan yang tidak seimbang dan jurang perbezaan ekonomi yang semakin melebar antara kawasan-kawasan di sesebuah negara dan antara sektor-sektor ekonomi;

(iii) Pengabaian keperluan asas hidup di kalangan rakyat termiskin di banyak negara terutamanya di negara-negara Selatan;

(iv) Modal jangka pendek yang keluar masuk pasaran seperti kilat sebagai akibat amalan baru yang menjadikan wang sendiri sebagai komoditi keuntungan;

(v) Pengangguran yang semakin memburuk dan jurang perbezaan pendapatann yang semakin melebar di negara-negara Utara sendiri;

(vi) Penyebaran budaya pengguna yang bertentangan dengan tuntutan nilai-nilai kerohanian dan moral yang murni dan yang merendahkan martabat keinsanan manusia;

(vii) Kecenderungan ke arah pembentukan suatu budaya global yang homogen menerusi peranan yang dimainkan oleh perbadanan transnasional dan media komunikasi global;

(viii) Penyebaran budaya pop Amerika yang “menyegarkan pancaindera dan mematikan roh”.

(ix) Kecenderungan pusat-pusat pengajian tinggi untuk memberi keutamaan kepada kursus-kursus ilmu pengurusan dan teknik dengan mengabaikan kursus-kursus ilmu kemanusiaan dan kemasyarakat;

(x) Pembanjiran maklumat yang tidak berguna;

(xi) Amerika Syarikat dan beberapa negara Eropah memanipulasikan isu-isu demokrasi dan hak-hak asasi manusia untuk mendominasi politik dunia;

(xii) Pengantarabangsaan jenayah yang menyukarkan jenayah dibendung;

(xiii) Pengantarabangsaan penyakit.

Dewasa ini, persoalan tentang globalisasi semakin menarik. Globalisasi yang semakin melebarkan ufuk jajahannya ke merata dunia sebenarnya telah lama wujud.

Menurut Riggs (1999), proses globalisasi telah wujud sejak 500 tahun yang lalu, namun ia hanya dikenal pasti dengan jelas selepas kejatuhan Soviet Union pada tahun 1991. Kenyataan ini menunjukkan proses globalisasi yang melanda dunia sekarang bukanlah satu proses yang baru berlaku. Lima ratus tahun dahulu globalisasi lebih dikenali sebagai kolonialisasi Barat ke atas negara mundur (membangun) akibat cetusan Revolusi Industri.

“…Apabila pihak Eropah membandingkan peradaban mereka sebagai satu peradaban yang sedang naik dan peradaban diluar Eropah pula dalam keadaan menurun, terjelma pada pihak Eropah wujudnya jurang diantara kedua-dua peradaban ini. Pihak Eropah yang berasaskan semangat progresivisme-ala-Judeo-Kristian berasa bertanggungjawab dan mengambil inisiatif untuk merapatkan jurang tersebut melalui salvatin (God, Goldy and Glory) atau dikenali sebagai imperialisme dan kolonialisme. Usaha ini kemudiannya dikonsepsikan sebagai modeniti...”

Globalisasi dalam era Islam tertonjol dalam empat bidang, iaitu bidang ilmu, bidang ekonomi khususnya perdagangan, bidang agama dan bidang sains dan teknologi.

Ilmu adalah salah satu penggerak utama peradaban Islam. Sikap positif Islam terhadap semua jenis ilmu pengetahuan telah memungkinkan tercetusnya gelombang pertama globalisasi ilmu yang pernah disaksikan oleh dunia. Dalam zaman kemegahannya, institusi ilmu seperti universiti betul-betul telah berperanan sebagai agen globalisasi ilmu dalam pengertian yang difahami hari ini. Pelajar-pelajar bukan Islam dari Cina di sebelah Timur dan dari England sebelah Barat seperti Roger Bacon dari Oxford telah menuntut di pusat-pusat ilmu dunia Islam untuk menimba ilmu pengetahuan (Bakar: ibid).

Islam mempunyai semangat globalisme dan sangat berminat untuk melihat segala persoalan kemanusiaan dari perspektif global. Salah satu sumbangan besar Islam terhadap peradaban dunia ialah semangat globalisme dan kesejagatan yang telah dipupuknya dan ditiupnya ke segenap penjuru dunia. Semangat inilah yang telah memungkinkan Islam menjadi pengasas penulisan sejarah dunia, ilmu perbandingan agama, sosiologi, tradisi sains sejagat, institusi saintifik bertaraf “antarabangsa” dan penggembaraan dunia. Tanpa terasas semua amalan yang berdimensi global ini, sudah pasti kemajuan dunia dan proses globalisasi di zaman-zaman berikutnya lebih perlahan (ibid).

Selama empat kurun, iaitu dari kurun kesepuluh hingga ke kurun ke empat belas Masehi, pelayar-pelayar Islam menjadi ‘raja laut’ yang tidak ada tandingan. Kemajuan dalam bidang pelayaran berkait rapat dengan kemajuan komunikasi dan globalisasi perdagangan. Maka bukanlah secara kebetulan sahaja Islam mendominasi perdagangan dan ekonomi dunia. Globalisasi agama turut berlaku dalam globalisasi perdagangan tersebut.

Di samping mempunyai semangat globalisme, Islam juga mempunyai institusi yang berperanan besar dalam meniupkan roh globalisasi di sepanjang zaman. Institusi haji merupakan agen terpenting globalisasi dalam peradaban Islam. Peranan institusi ini memang unik. Ia mencetuskan dan menggerakkan globalisasi dalam berbagai-bagai bidang termasuklah globalisasi maklumat dan ilmu dan globalisasi politik. Oleh kerana institusi ini bersifat kekal, maka peranannya sebagai agen terpenting globalisasi dalam Islam juga berkekalan (ibid).

Di Malaysia, gelombang globalisasi agak ketara kedengaran semenjak tahun 1990-an. Dari konteks wacana popular, konsep ini digunakan secara meluas oleh ahli-ahli politik, perniagaan, peneraju industri teknologi maklumat, pusat-pusat pemikir dan media massa. Menerusinya, globalisasi difahami sebagai dunia tanpa sempadan atau ‘global village’.

Negara dalam usaha agar tidak ketinggalan dalam fenomena globalisasi ini, telah mengadaptasikannya bagi tujuan pembangunan terutama dalam bidang teknologi maklumat dan komunikasi (ICT). Berkeluasan 15 kilometer x 50 kilometer, merangkumi Putrajaya, Cyberjaya, Taman Teknologi dan Kuala Lumpur City Centre (KLCC), Koridor Raya Multimedia (MSC) yang ditubuhkan pada tahun 1996 dilihat berjaya menjadi pemangkin pertumbuhan industri ICT negara. Pada masa ini MSC menjadi hos kepada 48 syarikat operasi perkongsian perkhidmatan dan penyumberan luar (SSO) berkelas dunia, yang mewujudkan kira-kira 11, 200 peluang pekerjaan.

Sebagai suatu usaha mempersiapkan diri menempuh fenomena dunia tanpa sempadan ini, menerusi Pelan Jalur Lebar Kebangsaan (NBP), negara telah mensasarkan kadar celik jalur lebar sebanyak 10 peratus menjelang tahun 2008. Pelan tersebut turut mempertingkatkan usaha memperluaskan kemudahan jalur lebar di kawasan bandar-bandar kecil dan daerah perkampungan menjelang tahun 2010.

Selain daripada itu, kemudahan yang dibawa oleh ICT juga memberikan satu kelebihan dari segi penyediaan asas yang kukuh bagi aplikasi teknologi dalam sektor awam mahupun swasta. Kebolehan ICT menukar cara bekerja dan mereka semula proses kerja yang diamalkan bukan sahaja dapat mengurangkan karenah birokrasi malah boleh memantapkan keutuhan pengurusan sesuatu organisasi. Dalam era globalisasi ini, ICT boleh membantu perlaksanaan sesuatu urusan dengan mudah, cepat, efisien, berkualiti dan produktif.

E-perolehan sebagai contoh adalah merupakan projek Kementerian Kewangan, iaitu satu daripada aplikasi utama kerajaan elektronik negara yang diperkenalkan menerusi inisiatif Koridor Raya Multimedia (MSC). Melalui e-Perolehan, pembekal-pembekal dan pusat tanggungjawab (PTJ) kerajaan boleh melakukan urusniaga perolehan secara elektronik dari mula hingga akhir proses transaksi dalam persekitaran siber yang selamat, cepat, mudah dan terjamin tanpa melalui kerenah birokrasi yang rumit dan kalut.

Dalam usaha memperhebatkan lagi promosi MSC Malaysia di persada antarabangsa, negara telah merancang menganjurkan Minggu ICT Dunia di Kuala Lumpur pada Mei 2008. Pelbagai persidangan dan ekspo ICT bertaraf antarabangsa akan berlangsung, termasuk persidangan World Congress on IT 2008, persidangan United Nations Global Alliance on ICT for Development dan Mesyuarat Panel Penasihat Antarabangsa MSC.

Institusi ekonomi yang didasarkan kepada kewangan dan prinsip zakat adalah antara contoh penting pembangunan ekonomi yang sedang diusahakan negara. Negara melihat bahawa idea pembangunan ekonomi yang berteraskan ajaran-ajaran Islam juga boleh diglobalisasikan.

Antara usaha eksplisit dalam membangunkan ekonomi negara dengan komprehensif menurut kaca mata Islam Hadhari dalam era globalisasi ini ialah satu peruntukan tentang usaha untuk mempergiatkan Kewangan Islam. Malaysia telah berjaya mencapai perkembangan pesat dalam perkhidmatan kewangan Islam, terutamanya dalam meningkatkan saiz pelaburan, kecekapan perkhidmatan, kepelbagaian produk, pemantapan infrastruktur dan juga peningkatan bilangan institusi.

Malaysia juga telah mengambil inisiatif menganjurkan Persidangan Zakat Antarabangsa dengan harapan agar melalui persidangan tersebut, dapat mengukuhkan lagi hubungan silaturrahim dan kerjasama antara negara-negara Islam dalam membangunkan ekonomi ummah melalui kekuatan ekonomi umat di dunia.

Ia dilihat sebagai suatu inisiatif kerjasama di kalangan negara-negara OIC, bagi mewujudkan satu mekanisma zakat di kalangan negara-negara anggota dengan satu niat untuk bertolong-tolongan di antara negara-negara anggota selaras dengan semangat persaudaraan Islam turut diperkenalkan dengan harapan agar kerjasama ini akan membolehkan penyaluran bantuan daripada negara OIC yang maju kepada negara anggota yang memerlukan bantuan yang akhirnya dapat membantu ummat Islam sejagat keluar daripada belenggu kemiskinan dan kejahilan.

Kesimpulannya, gelombang globalisasi kontemporari adalah yang terbesar dan terkuat pernah melanda dunia. Pengaruhnya sungguh besar dan luas sehingga ia meliputi semua bidang peradaban manusia. Demi menjamin proses pembinaan peradaban di negara ini di atas landasan kerohanian dan moral yang dituntut oleh Islam dan agama-agama lain berterusan tanpa banyak terjejas, kita dipanggil untuk menilai buruk baik fenomena globalisasi ini dengan lebih teliti lagi. Kebaikannya perlu dimakmurkan dan dimanfaatkan oleh rakyat negara ini.Keburukannya perlu dihindari dan diatasi sebaik mungkin.
»»  READMORE...

Mengapa berlakunya perceraian???? Mengapa????

Hari ini fenomena cerai bukan lagi sesuatu yang janggal. Tidak semua perkahwinan berakhir hingga ke nafas terakhir meskipun satu-satu perkahwinan itu secara zahirnya nampak bahagia. Siapa sangka perkahwinan dua orang selebriti terkenal negara yang ditabal sebagai Wedding of The Year pada tahun 2003 dahulu akhirnya turut berakhir dengan perceraian. Siapa turut menyangka, perkahwinan seorang ahli perniagaan (bergelar Datuk) dengan isterinya (seorang kerabat diraja) yang dibina hampir 21 tahun serta turut dikurnia empat orang anak musnah kerana perceraian.


 
Mengikut apa yang saya baca dalam sebuah artikel berkenaan isu ini, statistik perceraian umat Islam di Malaysia kini mencecah 10 hingga 15 peratus daripada jumlah perkahwinan.
Merujuk kepada satu kajian yang lain pula, terdapat tujuh faktor telah dikenal pasti sebagai punca utama perceraian di kalangan pasangan suami isteri di Malaysia, antaranya kegagalan memikul tanggungjawab. Selain itu, asas agama yang rendah, campur tangan pihak ketiga, perbezaan budaya, masalah seksual, kewangan dan kerjaya. Malah kajian terbaru yang dijalankan oleh Jabatan Pembangunan Islam Malaysia (Jakim) mendapati 21 peratus perceraian disebabkan oleh sikap tidak bertanggungjawab suami atau isteri. Sebanyak 19.23 peratus lagi kerana tiada sefahaman dan selebihnya disebabkan masalah seperti dadah dan sebagainya.


Menurut kaunselor perkahwinan dari Access Counselling Services, Meriam Omar Din, beliau tidak menolak bahawa arus modenisasi sedikit sebanyak telah menghakis nilai-nilai tradisional dalam sesebuah perkahwinan sehingga menyebabkan ia menjadi sebahagian daripada punca kegagalan rumah tangga. Katanya, pegangan bahawa perkahwinan ialah suatu ikatan murni yang perlu dipertahankan dalam apa juga keadaan semakin luntur, sebaliknya perceraian dipilih sebagai jalan keluar kepada konflik yang timbul. Beliau berkata, bukan perkahwinan zaman sekarang saja yang dilanda masalah. Dulu pun ada tetapi yang membezakan perkahwinan dulu dan sekarang ialah nilai-nilai untuk mengekalkan perkahwinan.


Resah rasanya bila memikirkan semula apa yang terjadi di sekeliling kita. Perkahwinan itu indah, tetapi tanggungjawab untuk mengekalkan keharmonian perkahwinan itu memerlukan komitmen yang sangat tinggi.
Buat teman-teman yang telah dan bakal melangkahkan kaki menuju ke alam perkahwinan ini, bersedialah! Mudah-mudahan kalian mampu mentadbir dan mengurus bahtera bahagia masing-masing dengan penuh keharmonian.
Dari apa yang saya lihat pula, fenomena perceraian yang terjadi di Malaysia disebabkan terlalu banyak. faktor-faktornya. baik berpunca dari suami isteri itu sendiri ataupun berpunca dari pihak ketiga. Disini saya senaraikan sebahagian besar punca-punya yang menyebabkan berlakunya perceraian..

  • Sikap Remeh Temeh
  • Masalah Komunikasi
  • Orang Ketiga
  • Hutang
  • Kahwin Awal/Muda
  • Ibu Mertua
  • Bau Badan
  • Seks Hambar
  • Cemburu
  • Tidak Sefahaman
  • Kisah Silam 
Penceraian dalam konteks islam pula, merupakan sesuatu yang dibenarkan walaupun tidak sukai oleh Allah. Ini merupakan jalan terakhir sekiranya tiada jalan penyelesaian ataupun perdamaian yang dicapai serta perkahwinan itu tidak dapat diselamatkan lagi dan khuatir perkara-perkara lain yang tidak baik akan terjadi barulah penceraian ini dilakukan. 

Seperti firman Allah dalam al-Quran, “Dan jika seorang wanita melihat kesalahan suaminya atau telah berpaling hatinya, maka tiada berdosa keduanya, jika keduanya mengadakan perdamaian antara keduanya. Berdamai itulah terlebih baik daripada bercerai .Memang manusia itu bersifat kikir. Jika kamu berbuat baik kepada isterimu dan bertaqwa, sungguh Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” (Surah An-Nisa´: 128)
Penceraian membawa banyak kesan negatif bukan sahaja kepada suami isteri malah anak-anak juga merasa bahang panas akibat daripada penceraian ibu bapa. Maka dengan sebab itu penceraian ini merupakan cara terakhir sekali dan sangat tidak digalakkan dalam islam.

Antara kesan akibat penceraian ialah kesan emosi terhadap pasangan seperti perasaan sedih, jiwa terganggu, rasa tidak bermaya, marah, rungsing dan kecewa serta kesunyian akan membebani perasaan pasangan yang bercerai. Malahan kesan ini juga turut dirasai oleh ahli keluarga dan orang yang terdekat dengan mereka.

Selain itu, mereka yang melalui proses penceraian juga akan dibebani dengan tanggungjawab yang lebih berat dan mungkin akan timbul masalah kewangan. Ini lebih dirasai oleh si isteri jika dia bergantung sepenuhnya kepada suami untuk perbelanjaan harian.
Malah kesan yang paling ketara dan sangat membimbangkan ialah kesan terhadap anak-anak. 

Mereka menjadi mangsa keadaan dan mengalami tekanan perasaan yang sangat mendalam dalam proses pembesaran. Mereka mengalami ganguan emosi kerana kurang mendapat kasih sayang serta mereka juga kurang mendapat perhatian dan bimbingan daripada kedua-dua ibu bapa setelah penceraian berlaku.

Oleh kerana itu, ibu bapa perlu memainkan peranan untuk membantu anak-anak menghadapi kenyataan bahawa mereka tidak dapat bersama seperti dulu lagi atau telah berpisah. Jangan menganggap anak-anak tidak tahu apa-apa, mereka masih mentah kerana setiap apa yang berlaku melibatkan kehidupan mereka kerana anak-anak adalah sebahagian daripada ahli keluarga.

Ibu bapa harus bijak menangani perasaan sedih yang dialami oleh anak-anak serta elakkan perbalahan sekiranya terpaksa bersua muka dengan bekas pasangan hidup masing-masing. Berilah peluang kepada anak-anak untuk meluahkan apa yang terpendam dalam hati mereka dan pandangan mereka akibat daripada penceraian ini.
Jangan biarkan anak-anak melalui hidup tanpa ada kawalan atau perhatian kerana ini akan menjadikan mereka hilang arah tujuan dan hanyut seperti kata perpatah Melayu “ibarat layang-layang terputus tali” dan “seperti anak ayam kehilangan ibu” - merata perginya tanpa ada tujuan dan pedoman hidup.



Jadi sebagai suami isteri atau pasangan yang ingin berkahwin mantapkan diri dengan ilmu keibubapaan dan tahu tanggunjawab yang mesti dipikul di atas bahu masing-masing kerana bukan mudah untuk menempuh alam perkahwinan. 

Mengapa mesti terjadinya perpisahan dan penceraian sekiranya perkahwinan yang dibina berdasarkan cinta atau pilihan ibu bapa? Mengapa terjadi perpisahan terhadap perkahwinan yang dirasakan begitu sempurna, malah telah mengikut segala hukum-hakam yang telah ditentukan oleh agama dalam mencari ciri-ciri dan calon hidup? Jangan lupa juga bahawa kita telah berusaha untuk mejadi pasangan yang sempurna dan bertanggungjawab.

Namun semuanya adalah ketentuan Allah. Kita hanya mampu merancang dan berusaha.
»»  READMORE...

ISU PEMANASAN GLOBAL – APAKAH PUNCA DAN KESANNYA?


Pemanasan global ialah keadaan alam sekitar yang mengalami peningkatan suhu yang tinggi berbanding dengan suhu normal. Hal ini menyebabkan kita terasa panas walau pun pada waktu malam.
Keadaan ini berlaku disebabkan oleh aktiviti yang dilakukan oleh manusia seperti penebangan hutan, aktiviti perindustrian, pembakaran terbuka, pelepasan asap kenderaan, penerokaan hutan untuk aktiviti pembangunan dan lain-lain.
Kesilapan manusia terhadap alam sekitar menyebabkan banyak kesan negatif yang telah berlaku. Antara yang paling ketara ialah tahap pencairan salji di Kutub Utara semakin tinggi, paras air laut meningkat dan keluasan saiz daratan semakin mengecil. Selain itu, berlakunya kejadian bencana alam seperti kemarau, banjir dan kebakaran manakala kesan kemanusiaan termasuklah kehilangan nyawa dan kecederaan.
Ahli-ahli sains dan geografi sependapat mengatakan punca utama pemanasan global ialah penipisan lapisan ozon akibat pelepasan gas khususnya klorofluorokarbon (CFC).
Sebenarnya, isu peningkatan suhu atau pemanasan terjadi disebabkan pelbagai faktor. Selain daripada penipisan ozon, kejadian kemarau dan jerebu, kejadian pulau haba, hujan asid dan kesan rumah hijau juga memberi galakan kepada isu pemanasan global.
Mari kita mengenal bagaimana setiap proses ini berlaku sehingga menyebabkan berlakunya pemanasan global ini.
Jerebu boleh mengurangkan jarak penglihatan
Jerebu boleh mengurangkan jarak penglihatan
1) JEREBU
Jerebu berlaku disebabkan terdapat banyak debu, asap, habuk dan bahan-bahan pencemar lain yang terapung-apung di udara akibat aktiviti manusia dan secara semulajadi. Fenomena jerebu ini boleh mengurangkan jarak penglihatan. Selain itu, jerebu juga boleh menjejaskan kesihatan manusia, misalnya kesukaran untuk bernafas.
penipisan lapisan ozon membawa kebimbangan kepada dunia
Penipisan lapisan ozon membawa kebimbangan kepada dunia
2) PENIPISAN LAPISAN OZON
Klorofluorokarbon (CFC) merupakan penyumbang utama kepada penipisan lapisan ozon. Gas CFC terkandung dalam alat-alat seperti penyaman udara, aerosol dan peti sejuk. Semasa CFC dibebaskan di atmosfera, klorin akan bertindak dengan ozon dan membebaskan oksigen. Akibatnya, lapisan ozon semakin nipis.Penipisan lapisan ini akan menyebabkan sinaran ultraungu sampai terus ke permukaan bumi dan boleh memberi kesan negatif kepada manusia seperti penyakit kanser kulit dan katarak mata.
Suhu bumi akan meningkat
Suhu bumi akan meningkat
3) KESAN RUMAH HIJAU
Kesan rumah hijau adalah fenomena pemanasan bumi akibat banyak haba terperangkap dalam lapisan atmosfera dan menghalang pembalikan semula bahang dari bumi ke atmosfera. Haba dipantulkan semula ke bumi, atmosfera menyimpan lebih banyak haba dan bumi menjadi semakin panas. Kesan rumah hijau terjadi kerana berlakunya peningkatan pelepasan gas seperti karbon dioksida, nitrogen monoksida dan metana ke atmosfera.
Kawasan bandar menjadi panas berbanding sekitarnya.
Kawasan bandar menjadi panas berbanding sekitarnya.
4) PULAU HABA BANDAR
Pulau haba bandar merupakan fenomena atmosfera yang berkaitan dengan peningkatan suhu yang tinggi di dalam kawasan bandar berbanding kawasan sekitarnya. Ia berlaku apabila pelepasan haba di kawasan membangun khususnya di bandar-bandar terlalu banyak dan tersekat oleh bangunan-bangunan tinggi pencakar langit. Haba yang tidak dapat dilepaskan ke atmosfera itu akan membahangi kawasan sekitar. Akibatnya kita boleh mendapat sakit kepala.
Hujan asid merbahaya kepada kesihatan manusia.
Hujan asid merbahaya kepada kesihatan manusia.
5) HUJAN ASID
Di kawasan perindustrian seperti Petaling Jaya, kilang membebaskan asap yang mengandungi gas sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Tindak balas gas ini dengan wap air dalam udara membentuk asid nitrik dan asid sulfurik lemah. Apabila hujan, ia dikenali sebagai hujan asid. Hujan asid boleh memusnahkan tumbuh tumbuhan, merosakkan binaan, mencemarkan air dan mengancam hidupan air. Kesihatan manusia terjejas akibat kesan secara langsung hujan asid.
Kemarau menyebabkan tanah menjadi tandus dan gersang
Kemarau menyebabkan tanah menjadi tandus dan gersang
6) KEMARAU
Kegiatan manusia menebang hutan secara berleluasa akan mengurangkan kawasan tumbuh-tumbuhan. Kesannya, semakin kurang kelembapan dilepaskan oleh tumbuh-tumbuhan ke udara. Udara yang kurang lembap tidak akan membawa hujan dan kemarau pun berlaku.
Apabila berlakunya faktor-faktor di atas secara tidak langsung telah menyebabkan berlakunya peningkatan suhu kepada bumi. Cuba lihat graf di bawah ini yang menunjukkan suhu bumi yang semakin meingkat dengan cepat dari tahun ke tahun.
Trend kenaikan suhu membimbangkan kita terhadap isu pemanasan global
Trend kenaikan suhu membimbangkan kita terhadap isu pemanasan global
Kesan dan bahang pemanasan global juga telah mengganggu sistem cuaca dan iklim di negara kita secara tidak langsung. Iklim Khatulistiwa dengan panas dan lembap sepanjang tahun telah tidak berada pada paras yang normal lagi akibat berlakunya peningkatan suhu ini.
Marilah kita sama-sama menginsafi diri kerana hanya bumi ini sajalah tempat tinggal kita. Tiada lagi planet lain yang boleh kita jadikan ganti selain bumi.. Hargailah pemberian Allah yang paling bermakna ini. Janganlah kita cemarinya lagi. Jangan sampai anak cucu kita menyalahkan kita disebabkan kesilapan dan kesalahan yang telah kita lakukan sebelum ini.
Mudah-mudahan selepas membaca artikel ini akan dapat menyedarkan kita betapa pentingnya bumi ini kepada manusia dan makhluk Allah yang lain….
»»  READMORE...

November 29, 2010

BAYI YANG BERKATA-KATA

Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW, baginda bersabda: “Tidak ada yang bercakap dalam buaian kecuali tiga orang, iaitu Isa bin Maryam dan sahabat Juraij. Juraij adalah seorang yang rajin beribadat. Dia membuat surau sendiri untuk tempatnya beribadat. Pada suatu hari ibunya datang ke suraunya ketika dia sedang solat. Ibunya berkata (memanggil): “Juraij .... Juraij.....” Juraij yang sedang solat itu berkata dalam hatinya: “Ya Tuhanku, apakah aku penuhi panggilan ibuku atau kuteruskan solatku?” Akhirnya dia mengambil kesimpulan untuk meneruskan solatnya saja. Ibunya merasa kecewa dan pulang ke rumah. Esok harinya ibunya datang lagi dan Juraij pun sedang mengerjakan solat. Ibunya memanggil: “Juraij.....Juraij.”

Juraij berkata dalam hatinya: “Tuhanku, apakah kupenuhi panggilan ibuku atau kuteruskan solatku?” Dia memilih untuk meneruskan solatnya daripada memenuhi panggilan ibunya. Ibunya pun pulang lagi dalam keadaan kecewa.
Esoknya lagi (untuk kali yang ketiga), ibunya datang lagi dan kebetulan Juraij sedang solat. Ibunya memanggil: “Juraij....... Juraij.” Juraij ragu lagi: “Tuhanku, ibuku atau solatku?” Dia masih juga mengutamakan solatnya.
Ibunya yang semakin kecewa itu berkata: “Ya Allah, janganlah matikan Juraij itu sebelum dia melihat wajah wanita-wanita penzina.”


Rupanya kaum Bani Israil sedang sibuk memperkatakan Juraij kerana hebatnya beribadat dan mereka merasa cemburu melihatnya. Seorang wanita jahat dan pandai menggoda lelaki berhias kemudian berkata kepada mereka: “Kalau kamu mahu biar aku goda dan aku fitnah dia.”

Wanita itu pergi ke tempat peribadatan Juraij dan cuba menggodanya tetapi Juraij tidak terganggu kekhusukannya. Kerana kecewa, wanita itu pergi menjumpai seorang penggembala yang tidak berapa jauh dari surau Juraij. Lelaki itu menyambutnya dengan baik dan terjadilah perzinaan dan akhirnya wanita itu hamil. Setelah melahirkan anak, wanita itu mendakwa bahawa anak itu dari Juraij. Sebab itu masyarakat kampungnya pergi mendatangi Juraij. Mereka memukulinya dan menghancurkan tempat peribadatannya. Juraij merasa hairan dan berkata: “Ada apa ini?” Mereka menjawab: “Engkau telah berzina dengan wanita liar yang bernama ini dan dia telah melahirkan anak dari benihmu sendiri.”

Juraij berkata: “Di mana anak itu?” Mereka membawa anak itu ke hadapan Juraij. Juraij meminta kebenaran dari mereka untuk mengerjakan solat sunat dua rakaat. Selesai mengerjakan solat, Juraij mendekati anak itu. Dia memperhatikannya, lalu menekan perutnya dan berkata: “Wahai bayi, siapa ayahmu?” Bayi yang baru lahir itu menjawab: “Ayahku si Polan, seorang pengembala.”Mereka semua tercengang, lalu mencium tangan Juraij, memeluk tubuhnya dan meminta maaf kepadanya sambil berkata: “Biarlah tempat peribadatanmu ini akan kami bina semula dan akan kami buat dari bahan emas.”

Juraij berkata: “Tidak, binalah semula dari tanah.” Mereka pun membangunnya semula dari tanah.

Ketika seorang bayi menyusu kepada ibunya, tiba-tiba lalu di hadapan mereka seorang lelaki cantik dan menunggang binatang yang cantik. Ibunya tertarik melihatnya dan berkata: “Ya Allah, jadikanlah anakku ini nanti seperti lelaki itu.” Tiba-tiba anak itu melepaskan puting ibunya, lalu melihat lelaki yang berjalan itu dan berkata: “Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia.”

Kemudian anak itu menetek lagi kepada ibunya. Saya masih terbayang bagaimana Rasulullah SAW memperagakan keadaan bayi yang sedang menetek itu (kata yang meriwayatkan hadis ini). Baginda memasukkan telunjuk tangannya ke mulutnya yang mulia itu kemudian menghisapnya seperti bayi yang sedang menyusu. Kemudian Baginda Rasul bersabda: “Tidak lama kemudian lalu di hadapan mereka anak dara dalam keadaan pucat dan kepenatan kerana dikejar orang ramai dari belakang. Orang ramai yang mengejarnya itu berteriak-teriak: “Wanita penzina.... pencuri.” Dalam keadaan sesak nafas dan kesakitan, wanita itu hanya berkata: “Cukuplah Allah yang mengetahuinya dan Dialah sebaik-baik tempat berserah.”


Melihat yang demikian ibu yang menyusukan itu berkata: “Ya Allah, jangan jadikan nanti anakku ini seperti dia.” Bayi itu melepaskan susu ibunya, lalu memandang kepada wanita yang dikejar-kejar itu kemudian berkata: “Ya Allah, jadikanlah aku seperti dia.” Di sana ada lagi hadis yang lebih lengkap ceritanya.

Ibunya merasa hairan dan berkata: “Tadi lalu seorang lelaki yang cukup hebat dan menarik kemudian ibu doakan supaya engkau dijadikan seperti dia malah engkau menjawab: “Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia.” Tidak lama kemudian menyusul wanita malang yang dikejar-kejar orang, dipukuli dan dituduh mencuri dan berzina, kemudian ibu doakan supaya engkau jangan dijadikan seperti dia tetapi malah engkau berkata: “Ya Allah, jadikanlah aku seperti dia.” Ibu ingin tahu mengapa engkau menjawab seperti itu ?” Bayi itu menjawab: “Lelaki yang kelihatan hebat dan bergaya itu tadi sebenarnya orang jahat, maka aku pun berdoa kepada Allah supaya jangan dijadikan seperti dia. Sedangkan wanita ini, yang mereka menuduhnya mencuri dan berzina, sebenarnya dia tidak ada mencuri dan berzina. Dia sebenarnya cukup mulia di sisi Allah dan aku pun memohon dijadikan seperti dia.”

Dari sumber yang lain, dari Ibnu Abbas r.a., dari Nabi SAW, bersabda:
“Ada empat orang yang pandai bercakap semasa kecil, iaitu anak Masyitah, zaman Firaun, anak yang menjadi saksi Nabi Yusuf (bersama Zulaikha) sahabat Juraij (yang dituduh anaknya) dan Isa bin Maryam.”
»»  READMORE...

Kemarahan? api permusnah hubungan..



 

Sedangkan lidah lagi tergigit. apa lagi hubungan suami isteri... tiada buma yang tidak ditimpa hujan.. pendek kata pertngkaran pasti berlaku dalam hubungan suami isteri.. sama ada pertengkaran yang kecil mahupun yang besar..

Kita manusia biasa memang tidak lari dari melakukan kesipan dan kekhilafan tanpa kita sedari. hingga apa yang kita buat itu telah menimbulkan rasa tidak senang hati pada pasangna kita. Hingga menimbulkan pertengkaran. Pertengkaran yang terjadi berpunca dari kemarahan. Kemarahan yang memuncak umpam sebuah api yang marak. Mampu membakarkar diri sendiri dan menjadi punca rosaknya hubungan kekeluargaan..

Namun kita sebagai manusia yang dijadikan mempunyai akal yang waras haruslah bijak mengawal kemarahan kita. Salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan di saat kita bertengkar dengan pasangan kita. sebaiknya walaupun pun kita bertengkar, maka haruslah:




1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama'ah.
Cukup seorang saja yang marah-marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama'ah, seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela, segera ia berkata "STOP" ini giliran saya ! Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkata dalam hati : "kamu makin cantik kalau marah, makin energik ...." Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi... "duh kekasih ... bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu ...."
Demikian juga kalau pas kena giliran saya "yang olah raga otot muka", saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan saya tidak berani marah sama siapa siapa kecuali pada isteri saya maka kini giliran dia yang harus bersedia jadi keranjang sampah. Pokoknya khusus untuk marah, memang tidak harus berjama'ah, sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjama'ah selain marah

2. Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah terlipat masa.
Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan, bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah, sedang pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangunnya.
Kalau saya terlambat pulang dan ia marah, maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apapun kecamannya, adalah "ungkapan rindu yang keras". Tapi bila itu dikaitkan dgn seluruh keterlambatan saya, minggu lalu, awal bulan kemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat saya terpuruk jatuh.
Bila teh yang disajinya tidak manis (saya termasuk penimbun gula), sepedas apapun saya marah, maka itu adalah "harapan ingin disayangi lebih tinggi". Tapi kalau itu dihubungkan dgn kesalahannya kemarin dan tiga hari lewat, tuduhan "Sudah tidak suka lagi ya dengan saya", maka saya telah menjepitnya dengan hari yang telah pergi, saya menguburnya di masa lalu, ups... saya telah membunuhnya, membunuh cintanya. Padahal kalau cintanya mati, saya juga yang susah ... OK, marahlah tapi untuk kesalahan semasa, saya tidak hidup di minggu lalu, dan ia pun milik hari ini......

3. Kalau marah jangan bawa-bawa keluarga !
Saya dengan isteri/suami saya terikat baru beberapa masa, tapi saya dengan ibu dan bapak saya hampir berkali lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia dan kakak serta pamannya. Dan konsep Quran, seseorang itu tidak menanggung kesalahan fihak lain (QS.53:38-40).
Saya tidak akan terpancing marah bila cuma saya yang dimarahi, tapi kalau ibu saya diajak serta, jangan coba-coba. Begitupun dia, semenjak saya menikahinya, saya telah belajar mengabaikan siapapun di dunia ini selain dia, karenanya mengapa harus bawa-bawa barang lain ke kancah "awal cinta yang panas ini".
Kata ayah saya : "Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak". Memarahi orang yang mencintai saya, lebih mudah dicari ma'afnya dari pada ngambek pada yang tidak mengenal hati dan diri saya..". Dunia sudah diambang pertempuran, tidak usah ditambah-tambah dengan memusuhi mertua!

4. Kalau marah jangan di depan anak-anak !
Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita, karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita.
Anak yang melihat orang tua nya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya. Membela ibu, tapi itu 'kan bapak saya. Ketika anak mendengar ayah ibunya bertengkar :
* Ibu : "Saya ini cape, saya bersihkan rumah, saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, emang saya ini babu !!"
* Bapak : "Saya juga cape, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk itu, saya datang hormatmu tak ada, emang saya ini kuda ????!!!!
* Anak : "...... Yaaa ...ibu saya babu, bapak saya kuda .... terus saya ini apa ?"
Kita harus berani berkata : "Hentikan pertengkaran !" ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia mendengar kata basi hati kita ???

5. Kalau marah jangan lebih dari satu waktu shalat !
Pada setiap tahiyyat kita berkata : "Assalaa-mu 'alaynaa wa 'alaa 'ibaadilahissholiihiin" ... Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba hambamu yg sholeh .... Nah andai setelah salam kita cemberut lagi, setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah, maka kita telah mendustai Nya, padahal nyawamu ditangan Nya.
OK, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Ilahi ..... Marahlah habis shubuh, tapi jangan lewat waktu dzuhur, Atau maghrib sebatas isya ... Atau habis isya sebatas....??? Nnngg....... Ah kayaknya kita sepakat kalau habis isya sebaiknya memang tidak bertengkar ...

6. Kalau kita saling mencinta, kita harus saling mema'afkan
Tapi yang jelas memang begitu, selama ada cinta, bertengkar hanyalah "proses belajar untuk mencintai lebih intens" Ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki. Ini saja, semoga bermanfa'at, "Dengan ucapan syahadat itu berarti kita menyatakan diri untuk bersedia dibatasi". Selamat tinggal kebebasan tak terbatas yang dipongahkan manusia pintar.
»»  READMORE...

Keindahan Cinta dan Rasa Syukur

Dan (ingatlah) di waktu Tuhan kalian memperingatkan: Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat-Ku kepada kalian; dan jika kalian mengingkarinya, maka azab-Ku amat berat sekali. 
[QS Ibrahim 7]

Berhembuslah-berhembuslah, hai angin musim dingin! Engkau tidak sejahat seperti rasa tidak bersyukur manusia. ["As You Like It", karya William Shakespeare]


Dalam film dan buku "The Secret" yang telah menjadi mega best-seller dunia, Rhonda Byrnemenyentak dunia dengan ajarannya mengenai hukum tarik-menarik / Law of Attraction (LoA).Jutaan orang menjadi sadar tentang hukum ini yang mengatakan: "Segala sesuatu datang ke dalam kehidupan kita karena ditarik oleh kita melalui apa yang menjadi fokus pikiran kita."


Pikiran kita bersifat magnetis dan memiliki frekuensi yang akan menarik semua hal yang serupa dengan citra-citra yang ada dalam pikiran tersebut.


Pikiran menentukan frekuensi kita, dan perasaan kita mengatakan di mana frekuensi kita berada. Ketika kita merasa buruk, kita berada dalam frekuensi yang akan menarik lebih banyak hal buruk, kita harus segera mengubah fokus pikiran sehingga dapat merasa baik sepenuhnya, dengan demikian akan menarik lebih banyak hal baik kepada kita. Dan menurut Rhonda Byrne, perasaan cinta adalah frekuensi tertinggi yang bisa kita pancarkan. Semakin besar cinta yang kita pancarkan, semakin besar kekuatan yang kita dapatkan.


David R.Hawkins M.D.PhD dalam desertasinya yang telah ditulis menjadi buku "Power vs Force," menjelaskan dengan sangat gamblang tentang level energi psikis yang berkaitan dengan perasaan kita.


Pencerahan, kedamaian, sukacita, dan cinta menempati urutan teratas dalam level energi psikis. Sedangkan rasa malu, rasa bersalah, kesedihan mendalam dan rasa takut menempati urutan terbawah.


Berdasarkan penelitian tersebut, ternyata emosi punya level-level energi. Jadi kita perlu belajar agar bisa selalu berada dalam kondisi emosi yang positif.


Kita bisa memiliki energi tak terbatas, berkesinambungan, dan membangkitkan semangat dengan memilihpikiran-pikiran yang meningkatkan energi kita. Kita bisa memfokuskan pikiran pada hal-hal yang menghasilkan perasaan kedamaian, sukacita, dan cinta.


Untuk memindahkan energi kita dari negatif menjadi positif, fokuslah pada hal-hal yang kita syukuri. Perasaan syukur dapat membawa kita lebih selaras dengan energi-energi kreatif dari semesta.







Berdasarkan hukum tarik-menarik, perasaan syukur dan cinta adalah perasaan yang sangat kuat untuk menghasilkan energi dan mendatangkan lebih banyak hal yang akan membuat kita lebih bersyukur dan penuh cinta.


Rasa cinta adalah level energi tertinggi jiwa kita sedangkan rasa syukur adalah pendingin udara jiwa. Keduanya meniup keluar udara panas yang pengap lalu membawa masuk sejuknya angin sepoi-sepoi yang membelai jiwa. Rasa cinta dan syukur adalah cara yang sempurna untuk menjadi positif dalam kehidupan.
»»  READMORE...
Sila Klick tanda penghargaan daripada blog ini..